Jumat, 26 Januari 2018

INTERPRETASI PETA TENTANG BENTUK DAN POLA MUKA BUMI

A. Menginterpretasi peta umum
Peta umum adalah peta yang dibuat berdasarkan kenampakan umum.
Informasi yang diperoleh dari peta tersebut, yaitu sebagai berikut.
a) Sungai
Sungai ditunjukkan dengan garis berbelok-belok.
b) Pegunungan dan Dataran Tinggi
Pegunungan dan dataran tinggi ditunjukkan dengan warna merah dan kuning.
c)  Dataran Rendah dan Rawa
Dataran rendah dan rawa ditunjukkan dengan warna hijau dan hijau dengan garis putus-putus.
d)  Danau
Danau ditunjukkan dengan warna biru.
e)  Gunung
Gunung ditunjukkan dengan bentuk segitiga. Segitiga merah artinya gunung berapi (aktif), segitiga hitam artinya gunung tidak berapi (tidak aktif).
f)    Kepulauan
g)   Laut dan Selat
Laut dan selat ditunjukkan dengan warna biru. Gradasi (tingkatan) warna menunjukkan kedalaman  wilayah laut dan selat. Semakin pekat (tua) warna biru menunjukkan lebih dalam dari pada warna biru muda.
B. Menginterpretasikan Peta Topografi
Peta topografi adalah peta yang menggambarkan tinggi rendahnya. Darin peta topografi kita dapat mengetrahui ketinggian suatu tempat secara akurat. Cara menginterpretasikan peta topografi berbeda dengan peta umum karena simbol-simbol yang digunakan berbeda.
Pada peta topografi terdapat garis-garis kontur yang menunjukkan relief muka bumi. Peta topografi menunjukkan bentuk-bentuk muka bumi. Bentuki-bentuk muka bumi tersebut adalah sebagai berikut.
a.Lereng
b.Cekungan (Depresi)
Cekungan (Depresi) pada peta topografi digambarkan seperti dibawah ini!

c. Bukit
Bukit pada peta topografi digambarkan seperti dibawah ini!

d.Pegunungan
Pegunungan pada peta topografi digambarkan seperti dibawah ini!
 C. Penampang Melintang Bentuk Muka Bumi
Penampang melintang adalah penampang bumi yang dipotong secara tegak lurus. Dengan penampang melintang maka dapat diketahui/dilihat secara jelas bentuk dan ketinggian suatu tempat yang ada di muka bumi.
Untuk membuat sebuah peanmpang melintang maka harus tersedia peta topografi sebab hanya peta topografi yang vdapat dibuat penampang melintangnya. 

Minggu, 14 Januari 2018

Bimbingan Konseling

Problem (masalah) yang dihadapi siswa
Setiap kondisi dirumah seperti kehidupan keluarga yang kurang sehat keadaan sosial ekonomi hubungan antar anggota keluarga yang kurang harmonis dapat menimbukan situasi-situasi. dimana seorang siswa berpenampilan dan bersikap berbeda dengan siswa yang lain bahkan dalam situasi yang sama dua orang siswa dapat menampilkan prilaku yang tingkah laku berbeda .
Pusat dari setiap masalah terletak sebagian besar dari dalam individu itu sendiri dan didukung oleh lingkungan sekitarnya.
sumber-sumber yang dapat menimbulkan masalah (problem):

  • Kondisi fisik/kesehatan 
  • Hubungan didalam tumah dan tetangga 
  • Pengisian waktu luang yang kurang 
  • Kondisi kepribadian
  • Kepercayaan kepada tuhan dan keagamaan yang rendah

Rabu, 10 Januari 2018

Terbentuknya RIS

Kronologi Terbentuknya Republik Indonesia Serikat




Republik Indonesia Serikat(RIS), adalah negara federasi yang berdiri pada tanggal 27 Desember 1949 sebagai hasil kesepakatan tiga pihak dalam Konferensi Meja Bundar: Republik Indonesia, Bijeenkomst voor Federaal Overleg (BFO), dan Belanda. Kesepakatan ini disaksikan juga oleh United Nations Commission for Indonesia (UNCI) sebagai perwakilan PBB. RIS dikepalai oleh Presiden Soekarno dan Perdana Menteri Mohammad Hatta.
Awal Republik Indonesia Serikat diawali dengan adanya Agresi Militer II yang terjadi pada 19 Desember 1948 yang diawali dengan serangan terhadap Yogyakarta, ibu kota Indonesia saat itu, serta penangkapan Soekarno, Mohammad Hatta, Sjahrir dan beberapa tokoh lainnya. Jatuhnya ibu kota negara ini menyebabkan dibentuknya Pemerintah Darurat Republik Indonesia di Sumatra yang dipimpin oleh Sjafruddin Prawiranegara.

Agresi Militer Belanda II
Akibat dari Agresi Militer tersebut, pihak internasional melakukan tekanan kepada Belanda, terutama dari pihak Amerika Serikat yang mengancam akan menghentikan bantuannya kepada Belanda, akhirnya dengan terpaksa Belanda bersedia untuk kembali berunding dengan RI. Pada tanggal 7 Mei 1949, Republik Indonesia dan Belanda menyepakati Perjanjian Roem Royen.
Lalu pada 23 Agustus hingga 2 November 1949, diadakanlah Konferensi Meja Bundar, yaitu sebuah pertemuan antara pemerintah Republik Indonesia dan Belanda yang dilaksanakan di Den Haag, Belanda. Hasil dari pertemuan tersebut adalah: Belanda mengakui kedaulatan Republik Indonesia Serikat; Irian Barat akan diselesaikan setahun setelah pengakuan kedaulatan.

Konferensi Meja Bundar di Den Haag, Belanda
Belanda mengakui kemerdekaan Indonesia pada 27 Desember 1949, selang empat tahun setelah proklamasi kemerdekaan RI pada 17 Agustus 1945. Pengakuan ini dilakukan ketika soevereiniteitsoverdracht (penyerahan kedaulatan) ditandatangani di Istana Dam, Amsterdam. Belanda selama ini juga ada kekhawatiran bahwa mengakui Indonesia merdeka pada tahun 1945 sama saja mengakui tindakan politionele acties (Aksi Polisionil) pada 1945-1949 adalah ilegal.
Republik Indonesia Serikat terdiri beberapa negara bagian, yaitu:
1.    Negara Republik Indonesia (RIS)
2.    Negara Indonesia Timur
3.    Negara Pasundan, termasuk Distrik Federal Jakarta
4.    Negara Jawa Timur
5.    Negara Madura
6.    Negara Sumatera Timur
7.    Negara Sumatera Selatan
Di samping itu, ada juga wilayah yang berdiri sendiri (otonom) dan tak tergabung dalam federasi, yaitu:
1.    Jawa Tengah
2.    Kalimantan Barat (Daerah Istimewa)
3.    Dayak Besar
4.    Daerah Banjar
5.    Kalimantan Tenggara
6.    Kalimantan Timur (tidak temasuk bekas wilayah Kesultanan Pasir)
7.    Bangka
8.    Belitung
9.    Riau
Republik Indonesia Serikat memiliki konstitusi yaitu Konstitusi RIS. Piagam Konstitusi RIS ditandatangani oleh para Pimpinan Negara/Daerah dari 16 Negara/Daerah Bagian RIS, yaitu
1.    Mr. Susanto Tirtoprodjo dari Negara Republik Indonesia menurut perjanjian Renville.
2.    Sultan Hamid II dari Daerah Istimewa Kalimantan Barat
3.    Ide Anak Agoeng Gde Agoeng dari Negara Indonesia Timur
4.    R. A. A. Tjakraningrat dari Negara Madura
5.    Mohammad Hanafiah dari Daerah Banjar
6.    Mohammad Jusuf Rasidi dari Bangka
7.    K.A. Mohammad Jusuf dari Belitung
8.    Muhran bin Haji Ali dari Dayak Besar
9.    Dr. R.V. Sudjito dari Jawa Tengah
10. Raden Soedarmo dari Negara Jawa Timur
11. M. Jamani dari Kalimantan Tenggara
12. A.P. Sosronegoro dari Kalimantan Timur
13. Mr. Djumhana Wiriatmadja dari Negara Pasundan
14. Radja Mohammad dari Riau
15. Abdul Malik dari Negara Sumatera Selatan
16. Radja Kaliamsyah Sinaga dari Negara Sumatera Timur
Republik Indonesia Serikat dibubarkan pada 17 Agustus 1950.

Minggu, 07 Januari 2018

Teori - teori sejarah masuknya islam di Nusantara

A. BERBAGAI TEORI SEJARAH MASUKNYA ISLAM DI NUSANTARA
     

Proses masuknya agama islam ke indonesia tidak berlangsung secara revolusioner, cepat, dan tunggal, melainkan berevolusi, lambat-laun, dan sangat beragam. Menurut para sejarawan, teori-teori tentang kedatangan islam ke indonesia dapat dibagi secara berikut:
1. Teori Gujarat
     Teori Gujarat mengatakan bahwa proses kedatangan islam ke indonesia berasal dari Gujarat pada abad ke-7 H atau abad ke-13 M. Gujarat ini terletak di india bagian barat, berdekatan dengan laut arab. Sarjana pertama yang mengemukakan teori ini adalah J. Pijnapel dari Universitas Leiden pada abad ke-19. Menurutnya, orang-orang Arab bermazhab Syafi'i telah bermukim di gujarat dan malabar sejak awal hijriyah (abad ke-7 M), namun yang menyebarkan islam ke Indonesia menurut Pijnapel bukanlah dari orang Arab langsung, melainkan pedagang Gujarat yang telah memeluk islam dan berdagang ke dunia timur, termasuK indonesia.
2.Teori Persia
    Menurut Hoesein Djajadiningrat, mengatakan bahwa Islam yang masuk ke Indonesia berasal dari Persia (Iran sekarang). Pernyataan tersebut didasarkan pada kesamaan budaya dan tradisi yang berkembang antara masyarakat Parsi dan Indonesia. Tradisi tersebut antara lain tradisi 10 Muharram atau Asyuro sebagai hari suci kaum Syiah atas kematian Husein bin Ali, dan tradisi tabot di Pariaman Sumatra Barat dan Bengkulu.
3. Teori Mekkah (Arab)
    Teori Mekkah mengatakan bahwa proses masuknya Islam di Indonesia adalah langsung dari Mekkah atau Arab. Proses ini berlangsung pada abad pertama Hijriah atau abad ke-7 M. Tokoh yang memperkenalkan teori ini adalah Haji Abdul Karim Amrullah atau Buya Hamka, salah seorang ulama sekaligus sastrawan Indonesia. Hamka mengemukakan bahwa Islam berasal dari tanah kelahiran Arab atau Mesir. Pandangan Hamka ini hampir sama dengan Teori Sufi yang diungkapkan oleh A.H Johns yang mengatakan bahwa para musafirlah (kaum pengembara) yang telah melakukan Islamisasi awal di Indonesia. Kaum Sufi biasanya mengembara dari satu tempat ke tempat lainnya untuk mendirikan kumpulan atau perguruan tarekat.